Kisah karoma Sunan Kali sulit dan martabatnya tampak tak berujung ketika sutradara bertemu Ratu Kiddevanavana Devi Navang Vulan adalah penguasa Laut Selatan, putri Raja Silivanga.
Pertemuan Navang Vulan dengan Sunan Kalijag merupakan kelanjutan dari upaya untuk mengatasi kekuatan Raja Silivanga.
Pada saat itu, raja Kerajaan Galuh Pajajar, Prabu Silivangi, tidak menginginkan Siarif Hidayatulloh atau Sunan Gunungjati, agama Islam yang menyebabkan perang saudara antara kedua belah pihak.
Dalam hal ini, Pangeran Arya Kemuning, Gandasari Devi Nyima dan Roro Kenkono Wung Nyima memenangkan Istana Cirebon untuk kemenangan atas kekuasaan Raja Silivanga.
Tetapi Raja Silivangi tidak hanya kuat, ia juga ahli strategi militer, sehingga pada saat itu tentara Cirebon mudah dikalahkan.
Setelah kekalahan tentara Cirebon, Sunan Kalijaga akhirnya dikirim untuk bertemu dengan Raja Silivangi, tetapi utusan Cirebon sekali lagi gagal mengatasinya.
Meminta saran dari dewa Sunan Gunung, ia mengirim Jati Kalijag kembali untuk meminjam warisannya dari Ratu Kidul Devi Navang Woolan, tombak Karera, ini dilakukan untuk menaklukkan Raja Silivangi.
rekomendasi :
Toko Batu Akik Asli
batu aquamarine putih kalimantan asli
Kemudian Sunan Kali Jaka keluar, dan ketika ia mencapai dasar laut di pantai selatan, ia ditolak oleh Ratu Kidul Devi Navang Vulan.
“Okisan San … Pulanglah jika kamu tidak membawaku ke Raja Panathamak” adalah nama raja Cirebon.
Ketika Sunan Kalijaga merasa bahwa mereka tidak berpengaruh, Kangjeng Ratu Kidul bertemu Sunan Gunung Jati, Sunan Gunungjati, yang datang ke Cirebon untuk menyambutnya dengan senyum.
Sunan Gunung Jati sedang menonton, tersenyum Ratu Kidul. Wajahnya memerah. Dia merasa malu dan takut karena Sang Sunan bisa membaca pikirannya.
Sunan Gunung Jati, yang tiba di Kaputren, segera memanggil Devi Navang Woolan, putri Raja Silivanga, dari istri keduanya, Ratu Palaga, Inggris.
“Putri Raja Silivanga, hanya kamu yang bisa mengatasi kekuatan magis ayahmu. Pinjam Kalijag. Warisanmu disebut tombak Karera,” jelas Kanjeng Sunan Gunung Jati.
“Maafkan Gussi Susunanan untuk Panathamak, aku akan mentransfer warisan kepada suamiku nanti,” kata Ratu Kid Sulatan. Dengan sedikit tawa, Sunan Gunung Jati segera mengatakan bahwa Sunan Kalijaga
“O Raya Kalijag. Sebenarnya tidak ada yang lebih tinggi dari melekat pada simbol besar Islam, menikahinya (Ratu Kidul) atas nama Islam dan tidak dengan keinginan.
Dengan tulus dari Kanjeng Sunan Kalijag, ia menerima para siswa dengan patuh atas permintaan guru.
Namun, untuk Ibu Ratu Kidul, yang suka bermain dengan mimpinya, dia tidak segera menerima pengorbanan Sunan Kali Jaka, meskipun pada saat itu di dalam hatinya penuh cinta bunga, dia mencoba pacarnya terlebih dahulu.
“Meskipun Gusti Panatagama untuk orang di bawah laut tidak merata untuk suami tanpa koneksi internal Tapi aku ingin calon suamiku mengingat hari pernikahannya nanti dalam bentuk manik-manik batu kecubung dari Laut Merah. “
Dikatakan bahwa atas permintaan Ratu Kidul, yang dimaksudkan untuk Sunan Kalijun, Sunan Gunungjati segera mengirim Kalijag untuk menemukan apa yang diinginkan Ratu Kidn.
Ketika Sunan mengundurkan diri untuk melakukan tugasnya, ia segera pergi ke Gunung Sirama, mengunjungi tembakau dan mencari perlindungan dari Allah SW.
Dikatakan bahwa pada malam keempat, Sunan Kali Jaka menemukan tanda-tanda bahwa seseorang mengarah ke pencarian tempat yang terletak di Tasbih Woolung / Kechubung.
Dengan izin dari para dewa di sore hari, tiga makhluk gaib datang kepadanya: San Yan Yang Tong, Ratu Sangka, Sihir dan Sikh Valigut.
Ketiganya segera menyatakan niat baik untuk membantu Sunana menemukan rosario / batu kecubung, jadi ia mengundang Sunana untuk mengenal ilmu Aji Shakt dari Dark Gulita (pengetahuan tentang hilangnya keberadaan supranatural).
Ketika mereka sampai di tepi Laut Merah, empat orang yang baru saja tiba segera disambut oleh teman-teman Ratu Bilkis. Dan dengan izin dari Ratu Bilkis yang agung, Sunan Kalija, Nur Suleiman, AS, dalam bentuk ukiran yang diperoleh dari kerajaan Azraq, dengan Woolung Tasbih terbuat dari batu giok amethyst.
Dengan keberhasilan ini, Sunan Kalija akhirnya mengucapkan selamat tinggal dan pergi ke guru Sarika Hidatatulo atau Sunun Gunungchati.
Dengan kegembiraan Sunan Gunung Jati, ia segera memerintahkan Raya Kalijag untuk bertemu Ratu Navang Vulan sehingga mereka dapat dengan mudah mengalahkan Raja Munding Wangi, nama Prabu Silivangi Galuh.
Datang bersama 40 orang dari Kapungren PakungWati, Kangjeng Sunan Kali Group.