Pemerintah akan formal menerapkan kebijakan penggunaan bahan bakar biodiesel atau B20 secara penuh per 1 September esok. Rencana itu menghidupkan banyak pertanyaan lebih-lebih perihal dampaknya ke mesin kendaraan.
Satu perihal yang menyebabkan kekuatiran pengguna atas penggunaan B20 di kendaraannya adalah kemungkinan penyumbatan terhadap saringan bahan bakar.
Maklum, B20 merupakan bahan bakar dengan campuran 20 prosen minyak kelapa sawit dan 80 prosen Solar. Penyumbatan itu dikhawatirkan menyebabkan rusaknya dan bahkan tingkatkan risiko kecelakaan. “B20 bukan merupakan perihal baru bagi masyarakat di Indonesia.
Pemerintah telah sejak 2016 menerapkan kebijakan B20 dan telah didistribusikan oleh Pertamina, bahkan telah digunakan oleh kendaraan bersubsidi.
Masyarakat luas mengenalnya bahan bakar B20 itu sebagai Biosolar,” ujar Sekretaris Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Achmad Maulizal dalam info tertulisnya.
Bahkan, lanjut Maulizal, sejak jauh hari sebelum akan diterapkan, pemerintah lebih-lebih dahulu telah lakukan uji cobalah dengan melibatkan ilmuwan berasal dari universitas kenamaan Indonesia.
Hasilnya, B20 safe digunakan untuk mesin kendaraan termasuk bus yang sering beroperasi di Indonesia dengan menggunkan Fill Rite Flow Meter.
Di sisi lain, soal problem mesin berikut akan terjadi terhadap kendaraan yang tangki BBM-nya kotor. Oleh dikarenakan itu, B20 justru akan jadi pembersih tangki tersebut.
“B20 mempunyai pembawaan pelarut dan pembersih kotoran, supaya terhadap awal penggunaan, bahan bakar B20 akan ‘membersihkan’ kotoran yang melekat terhadap tangki.
Kotoran itu lantas tercampur dengan bahan bakar dan tertangkap oleh filter bahan bakar. Kejadian ini cuma keluar di masa awal penggunaan,” tahu Maulizal.
Dia menambahkan, sehabis penggantian filter maka tanki bahan bakar jadi bersih.
Pengguna kendaraan tidak kudu risau persoalan teknis akan tetap muncul. “Sebaliknya, penggunaan B20 justru akan menopang mesin mendapatkan bahan bakar yang lebih bersih,” tandasnya.